1.Apa yang dapat anda jelaskan sehubungan dengan group cohesion. Adakah yang dapat anda jelaskan berkaitan dengan proses pelaksanaan hingga pelaporan tugas observasi kelompok anda termasuk saat kondisi bimbingan kelompok di kelas?
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Leon Festinger mendefinisikan kohesi kelompok sebagai kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal. Nah Keterpaduan dan kebersamaan sebagai satuan kelompok yang saling terikat ( cohesion ) itu sendiri adalah merupakan komponen dasar yang ketiga dan merupakan hasil dari semua unsur yang mendorong seluruh anggota untuk tinggal didalam kelompok dan tetap melibatkan diri dalam kegiatan kelompok untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan bersama. Keterikatan satu sama lain itu bersifat seperti bahan perekat atau lem, yang merekatkan anggota satu sama lain. Unsur unsur keterikatan itu adalah suasana bekerja sama yang kooperatif ; rasa puas akan keanggotaan dalam kelompok; rasa tertarik satu sama lain; kadar penerimaan, kepercayaan , dan dukungan yang diberikan dan diterima satu sama lain; dan aneka norma yang berlaku dalam kelompok. Berbagai indikasi yang menandakan taraf keterikatan yang baik adalah antara lain ; kehadiran seluruh anggota bila berkumpul; datang tepat pada waktunya dan tidak meninggalkan tempat pertemuan lebih dahulu; ungkapan ungkapan saling percaya dan saling memberikan dukungan ; saling menerima cirri / sifat khas kepribadian masing masing anggota ; suasana kegembiraan selama pertemuan kelompok dan tidak muncul klik klik yang mengejar kepentingan sendiri lepas dari kepentingan kelompok. Untuk meningkatkan dan membina keterikatan dalam kelompok perlu memperhatikan unsur unsur yang disebutkan diatas yaitu 1. Mengusahakan kerelaan untuk bekerja secara koperatif 2. Mengembangkan kerelaan untuk saling memberikan kepercayaan karena ini mendukung usaha kooperatif dan komunikasi yang terbuka 3. Melibatkan anggota anggota lain dalam kegiatan kelompok dan menginginkan supaya dirinya sendiri juga dilibatkan oleh yang lain 4. Membagikan peranan mengontrol kelompok secara merata sehingga semua mendapat kesempatan untuk mempengaruhi proses kegiatan kegiatan kelompok secara positif, paling sedikit peranan dominan adalah salah seorang anggota dalam hal ini diterima sepenuhnya tanpa ada yang merasa seperti orang yang dikendalikan saja. Aneka norma yang berlaku dalam kelompok menunjuk pada keyakinan, harapan dan pandangan dasar yang dimiliki oleh seluruh anggota kelompok mengenai tata perilaku yang dianggap pantas dan sesuai. Dengan kata lain, bagaimana seharusnya sikap dan cara membawa diri dalam kelompok. Setiap kelompok berpegang pada suatu perangkat norma yang ditetapkan secara formal atau informal dan semua anggota dituntut untuk mengatur sikap, tindakan serta perkataannya sesuai dengan norma dasar yang diterima bersama. Norma dasar itu memberikan stabilitas pada kelompok dan dapat mencegah seorang anggota tertentu menjadi terlalu dominan serta anggota anggota lain menjadi kurang berperanan. Keterpaduan dan kebersamaan dalam kelompok ( group cohesion ) menumbuhkan suasana saling pengertian dan penerimaan serta memungkinkan perbedaan pendapat dan pandangan dapat diungkapkan secara bebas dan terbuka tanpa menimbulkan permusuhan
Begitu juga halnya dalam proses pelaksanaan hingga pada pelaporan tugas observasi kelompok yang kelompok kami lakukan. Dimana dalam proses pelaksanaan tugas observasi hingga pada pelaporan tugas observasi sangatlah penting adanya suatu kekohesivan atau keterpaduan terdapat dalam suatu kelompok . Dimana dengan adanya kekohesivan dalam kelompok dapat mendorong kami semua dalam kelompok untuk tetap melibatkan diri dalam tugas pelaksanaan observasi untuk mencapai sasaran yang diinginkan oleh kelompok kami yakni mendapatkan hasil nilai yang memuaskan dan pengetahuan tambahan dari hasil observasi lapangan . Dimana dalam mendukung keterikatan yang terdapat dalam kelompok kami tersebut ada unsur unsur yang terkait yang mana unsure tersebut terdapat dalam kelompok kami yakni ada rasa saling percaya satu sama lain dalam kelompok terutama dalam hal pertanggung jawaban tugas yang diberi , adanya rasa kepuasan akan keanggotaan dalam kelompok, bisa saling menerima kekurangan satu sama lain sehinggga bisa saling membantu ketika ada kesulitan yang didapat dalam pengerjaan tugas yang diberi sebelumnya yang berkaitan dengan tugas observasi lapangan serta yang paling utama adanya norma yang terdapat dalam kelompok kami terutama dalam hal pengerjaan tugas dan pertanggungjawaban tugas yang diberi sehubungan dengan tugas observasi lapangan tersebut. Selain itu ada sanksi yang diberi ketika kami sesama anggota kelompok melanggar aturan yang terlah diberi atau terlambat dalam pengumpulan tugas yang diberi.Selain itu juga didalam pelaksanaan tugas hingga pada akhir pengumpulan tugas observasi dimana kami setiap anggota kelompok hadir disaat ada diskusi yng dilakukan sehubungan dengan tugas observasi lapangan, bersama sama berdiskusi ketika ada kesulitan yang didapat sehubungan dengan tugas observasi tersebut, adanya rasa saling percaya satu sama lain dalam kelompok terutama dalam saat saat pengerjaan tugas, memberikan dukungan kalau anggota yang satu mendapat kesulitan dalam pengerjaan, serta bisa menerima kekurangan dan saling membantu satu sama lain. Selain itu juga didalam kelompok jugaa da peran yang jelas diantara anggota kelompok didalam pengerjaan tugas observasi mulai dari awal pelaksanaan hingga pada akhir pengumpulan tugas tersebut. Masing masing anggota kelompok memiliki tugas masing masing yang dapat dipertanggunggjawabkan. Yang mana tugas nya dalam menyusun pertanyaan untuk dipertanyakan disaat wawancara tugas observasi, siapa yang bertugas mencatat, siapa yang bertugas merekam pembicaraan atau video, termasuk juga dalam pengerjaan laporan juga ada pembagian peran dan tugas yang jelas. Siapa yang mengerjakan bab 1, bab 2, bab 3, bab 4, serta bab 5. Jadi jelas semuanya. Dimana tugas yang telah diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Dan ketika ada kesulitan dalam mengerjakan tugas tersebut tentunya anggota kelompok yang lainnya tentunya akan membantu. Sehingga kelompok tersebut terlhat kohesiv. Ada keterikatan yang terdapat diantara sesame anggota dalam kelompok.
Begitu juga dalam hal diskusi kelompok yang dilakukan di kelas. Dimana masing masing juga ada pembagian peran yang jelas ada yang membimbing dan ada yang dibimbing, juga adanya kepercayaan yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami anak didik yang dapat terlihat saat diskusi kelompok berlangsung. Kami diberi kepercayaan kalau kami masing masing kelompok diberi kepercayaan kalau kami bisa menggerjakan tugas tersebut dengan sebaik mungkin. Selain itu juga ada kesepakatan norma yang telah dibuat sebelumnya dimana norma tersebut telah disepakati sebelumnya dan setelah disepakati kami masing masing kelompok tidak boleh melanggar aturan yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya. Sehingga kami masing masing kelompok tidak bermain main dalam melaksanakan tugas yang diberi atau dengan kata lain kami menjadi bisa bertanggung jawab atau tugas yang diberi. Selain itu juga kami juga mendapat dukungan dari dosen pembimbing dalam hal pengerjaan tugas yang diberikan. Dimana sebelum terjun ke lapangan kami diberikan arahan arahan dari dosen pembimbing. Sehingga terdapat lah kekohesivan didalam situasi diskusi tersebut. Sumber Rakhmat, Jalaluddin, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Psikologi Sosial ( Drs. H. Abu Ahmadi ) Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:Media Abadi
2. Lalu sekarang uraikan dengan detail ; saat diskusi dosen dengan kelompok anda, teori konseling manakah yang dapat digunakan untuk menjelaskan prosesnya? Berikan alasannya juga.
Teori yang digunakan dalam saat diskusi dosen dengan kelompok kami adalah teori konseling Behavioristik. Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak.
Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf&Juntika,2005:9).
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena keduanya merupakan sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan bahwa konseling merupakan bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara Pribadi.
Juntika (2003:15) mengutip pengertian konseling dari ASCA (American School Conselor Assosiation ) sebagai berikut : Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya dalam mengatasi maslahmasalahnya.
Sedangkan pengertian behavioral/ behaviorisme adalah satu pandangan teoritis yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas (JP.Chaplin, 2002:54).
Aliran Behaviorisme ini berkembang pada mulanya di Rusia kemuadian diikuti perkembangannya di Amerika oleh JB. Watson (1878-1958).
Dari pengertian koneling dan behaviorisme yang dipaparkan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling behavioral adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal pemecahan masalah-masalh yang dihadapi serta dalam penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien.
Menurut Krumboltz& Thoresen (Surya, 1988:187) konseling behavioral adalah suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu.
B. Sejarah Konseling Behavioral Konseling berkembang pertama kali di Amerika yang dipelopori oleh Jesse B. Davis tahun 1898 yang bekerja sebagai konselor sekolah di Detroit (Surya,1988:39).
Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan konseling, salah satunya adalah perkembangan yang terjadi pada kajian psikologis, Surya (1988:42) mengungkapkan bahwa kekuatan-kekuatan tertentu dalam lapangan psikologis telah mempengaruhi perkembangan konseling baik dalam konsep maupun teknik.
Aliran-aliran yang muncul dalam lapangan psikologi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan konseling, diantara aliran-aliran psikologi yang cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling adalah sebagai berikut ; aliran strukturalisme (Wundt), Fungsionalisme (James), dan Behaviorisme (Watson).
Perkembangan koseling behavioral bertolak dari perkembanngan aliran behavioristik dalam perkembangan psikologi yang menolak pendapat aliran strukturalisme yang berpendapat bahwa mental, pikiran dan perasaan hendaknya ditemukan terlebih dahulu bila perilaku manusia ingin difahami, maka munculah teori introspeksi.
Aliran Behaviorisme menolak metode introspeksi dari aliran strukturalisme dengan sebuah keyakinan bahwa menurut para behaviorist metode introspeksi tidak dapat menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist adalah sesuatu yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata (Walgito,2002:53). Bagi aliran Behaviorisme yang menjadi focus perhatian adalah perilaku yang tampak, karena persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas.
Pada awalnya behaviorisme lahir di Rusia dengan tokohnya Ivan Pavlov, namun pada saat yang hamper bersamaan di Amerika behaviorisme muncul dengan salah satu tokoh utamanya John B. Watson. Di bawah ini akan saya kupas beberapa tokoh behaviorisme :
a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) Ivan Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan teori pengkondisian klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya yang menggunakan anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini menyatakan bahwa rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta dipasangkan dengan unsure penguat, akan menyebabkan suatu reaksi (JP. Chaplin, 2002:103).
Menurut Pavlov (Walgito,2002:53) aktivitas organisme dapat dibedakan atas : 1. Aktivitas yang bersifat reflektif ; yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya. 2. Aktivitas yang disadari ; yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima oleh organisme itu sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu respons. Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas kesadaran yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan stimulus-respons yang tidak disadari (respons reflektif).
Psikologi yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan psikologi reflek (psychoreflexiologi), karena Pavlov lebih memfokuskan perhatiannya pada aktivitas yang bersifat reflek.
b. Edward Lee Thorndike (1874-1949) Edward Lee Thorndike (psikolog amerika) lahir di Williamsburg pada tahun 1874 (JP.Chaplin 2002:509. Walgito,2002:55). Karya-karyanya yang paling dikenal adalah penelitian mengenai animal psychology serta teori belajar Trial and error learning. Thorndike (Walgito,2002:55) menitikberatkan perhatiannya pada aspek fungsional perilaku yaitu ; bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Karena pendapatnya tersebut maka Thorndike diklasifikasikan sebagai behaviorist yang fungsional, berbeda dengan Pavlov yang behaviorist asosiatif. dari hasil eksperimennya Thorndike menetapkan ada tiga macam hokum yang sering disebut dengan hukum primer dalam hal belajar, tiga hokum tersebut adalah : 1. Hukum Kesiapsediaan the law of readiness 2. Hukum Latihan The Law of exercise 3. Hukum efek The Law of effect
The law of readiness, adalah salah satu factor penting, karena dalam proses belajar yang baik organisme harus mempunyai kesiapsediaan, karena tanpa adanya kesiapsediaan dari organisme yang bersangkutan maka hasil belajarnya tidak akan baik.
Sedangkan hokum latihan the law of exercise Thorndike mengemukakan dua aspek yang terkandung di dalamnya yaitu ; 1). The law of use, 2). The law of disuse. The law of use adalah hukuk yang menyatkan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulusrespons akan menjadi kuat apabila sering digunakan. The law of disuse; adalh hokum yang menyatakan bahwa koneksi antara stimulus-respons akan menjadi lemah apabila tidak latihan.
Mengenai hukum efek Thorndike berpendapatkan bahwa memperkuat atau memperlemah hubungan stimulus-respons, tergantung pada bagaiman hasil dari respons yang bersangkutan (Walgito,2002:56).
c. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) BF.Skinner dikenal sebagai tokoh dalam bidang pengkondisian operan (operant condisioning). Untuk memahami konsep ini, kita harus memahami dengan apa yang dimaksud perilaku operan dan perilaku respons (Atkinson et.al,1996:304, Walgito,2002:57). Perilaku respons; perilaku respons adalah perilaku alami, perilaku ini merupakan respons langsung atas stimulus, perilaku ini bersifat reflektif. Perilaku ini sama halnya dengan istilah aktivitas reflektif dalam kondisioning klasik dari Pavlov.
Perilaku operan; perilaku ini lebih bersifat spontan, perilaku yang muncul bukan ditimbulkan oleh stimulus, melainkan ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Terdapat dua prinsip umum dalam teori pengkondisian operan yang dipaparkan olegh Skinner, dua prinsip tersebut adalah ; 1). Setiap respons yang disertai dengan Reward (sebagai reinforcement stimuli) akan cenderung diulangi, dan 2). Reward atau reinforcement stimuli akan meningkatkan kecepatan atau rate terjadinya respons (Walgito,2002:57).
JP.Chaplin (2002:466) memaparkan bahwa hokum dasar pengkondisian operan adalah; apabila ada satu operan yang diikuti dengan satu penguatan perangsang, maka kecepatan mereaksi akan bertambah pula. Percepatan mereaksi tadi secara khas diukur selama satu pelaksanaan sampai terjadinya pengakhiran. Penguatan perangsang reinforcement stimuli dapat bersifat positif atau negative.
d. John Broadus Watson (1878-1958) Watson (JP.Chaplin, 2002:536 ) mendefinisikan psikologi sebagi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku. Sasaran behaviorisme adalah mampu meramalkan reaksi dari satu pengenalan mengenai kondisi perangsang,dan sebaliknya, juga mengenali reaksi, agar bisa meramalkan kondisi perangsang yang mendahuluinya. Inti dari behaviorisme adalah memprediksi dan mengontrol perilaku. Karyanya diawali dengan artikelnya psychology as the behaviorist views it pada tahun 1913. Di dalam artikelnya tersebut Watson mengemukakan pandangan behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme dan fungsionalisme tentang kesadaran. Menurut Watson (behaviorist view) yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran, kaena kesadaran adalah sesuatu yang dubios. Metode-metode obyektif Watson lebih banyak menyukai studi mengenai binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia lakukan dalam pengkondisian rasa takut pada anak-anak.
Jadi sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas tentang konsep dasar konseling adalah membantu, sedangkan konsep dasar dari behaviorisme adalah prediksi&control atas perilaku manusia yang tampak. DImana bahwa dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu untuk mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Yang mana dalam diskusi kelompok antara dosen dan siswa adalah yang mana ditekankan tentang bagaimana dosen selaku pengajar bisa mengubah perilaku anggota kelompok kami dengan memodifikasi gejala atau akibat dari suatu tindakan yang kami lakukan .Dimana penekananannya adalah pada penghilangan perilaku dari anggota kelompok kamu yang tidak sesuai menjadi perilaku positif. Mengubah prilaku anggota kelompok dari yang tadi tidak mau tahu menjadi peduli, atau diam saja menjadi aktif dan yang tidak mau berpartisipasi menjadi dapat mau berpartisipasi aktif. Yang mana dalam hal diskusi kelompok yang menjadi perhatian utama konselor behavioral adalah perilaku anggota kelompok kami yang tampak. Yang mana dalam proses konseling behavioral ini terjadi sebuah proses membantu dimana dosen membantu anggota kelompok untuk belajar bagaimana memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu yang dialami oleh masing maing anggota kelompok. Yang mana peran dosen adalah : a. Menyebutkan tingkah laku maladaptip b. Memilih tujuan-tujuan yang masuk akal c. Mengarahkan dan membimbing anggota kelompok untuk merubah tingkah laku yang tak sesuai
3. Sekarang, anggaplah diri anda seorang konselor pendidikan tinggi. Lepaskan atribut anda sebagai anggota kelompok. Apakah yang anda lakukan pada kelompok anda? (gunakan minimal 2 pembahasan teori).
Jika saya menjadi seorang konselor pendidikan tinggi maka yang akan saya lakukan terhadap kelompok saya adalah : Saya akan membuat atau menyusun seperangkat metode atau pun teknik yang berguna untuk mendampingi kelompok saya tersebut dalam meningkatkan cara dan mutu berinteraksi yang sedemikian rupa yang mana semua ini kelaknya nanti dapat menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh kelompok dan pengembangan kepribadian masing masing anggota yang tergabung dalam suatu kelompok.
Selain itu juga saya juga akan bekerja sama dengan kelompok saya yakni dengan cara merancang dan mengelola serangkaian kegiatan yanag dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk berinteraksi satu sama lain dalam lingkup suatu kelompok. Yang mana tujuannnya adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna untuk mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi para anggota.
Selain itu juga saya akan memanfaatkan group process yang ada dalam kelompok yakni interaksi dan komunikasi yang berlangsung antara anggota peserta kelompok yang bekerja sama untuk memenuhi suatu kebutuhan yang dihayati bersama, untuk memecahkan suatu problem yang dihadapi bersama melalui penukaran pikiran dalam diskusi atau untuk merencanakan suatu aksi yang akan dilakukan bersama.
Selain itu juga saya akan berusaha membuat bagaimana kelompok saya tersebut menjadi suatu grup yang dynamic. Yakni membuat bagaimana agar setiap anggota dalam kelompok mau bekerja sama satu sama lain, adanya peran disetiap anggota kelompok, kemudian pemberian umpan balik dan lain llain. Dimana defenisi dari group dynamic adalah studi tentang kekuatan kekuatan sosial dalam suatu kelompok ,segala metode ,sarana dan teknik yang dapat diterapkan bila sejumlah orang bekerja sama dalam kelompok.
Kemudian juga saya akan menganalisa kelompok saya tersebut yakni dengan melihat kepada dimensi isi dan proses yang terdapat didalamnya. Dimana dimensi isi menunjuk pada apa yang menjadi focus perhatian kelompok berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan kata lain apa yang ingin dikerjakan, apa yang ingin didiskusikan dan apa yang dibahas. Misalnya membuat semacam diskusi di dalam kelompok yang masing masing anggota dapat mendiskusikan bersama bagaimana hubungan mereka dengan dosennya, dengan tujuan meningkatkan kadar hubungan tersebut. Kemudian setiap anggota dapat membahas bersama berbagai kesulitan belajar yang biasanya merka alami , dengan tujuan dapat berhasil mengatasi kesulitan ini. Kemudian dimensi proses adalah menunjuk pada bagaimna caranya isi ditangani dengan cara yang bagaimana kelompok bekerja, dengan cara yang bagaimana kelompok mengatur lalu lintas diskusi ; dengan cara yang bagaimana kelompok menganalisa problem yang dihadapi dan mencari pemecahan bersama; dengan cara yang bagaimana kelompok menjaga dan membina kebersamaan dalam kelompok sehingga semua anggota kelompok merasa terlibat dan sebagainya.
Saya juga akan membuat suatu kelompok diskusi. Yang mana kelompok diskusi ini bertujuan untuk membahas bersama suatu masalah yang dihadapi. Kemudian juga saya akan berusaha bagaimana caranya agar kelompok saya tersebut menjadi terpadu ( cohesion). Saya akan membuat bagaimana agar setiap anggota dalam kelompok saling terikat satu sama lain, saling terlibat satu sama lain dan mau berpartisipasi dalam kegiatan kelompok guna untuk mencapai tujuan bersama. Yang mana nantinya keterpaduan yang telah terbina nanti ( group cohesion ) dapat menumbuhkan suasana saling pengertian dan penerimaan serta memungkinkan perbedaan pendapat dan pandangan dapat diungkapkan secara bebas dan terbuka, tanpa menimbulkan permusuhan antara masing masing anggota kelompok.
Saya juga akan berusaha membuat bagaimana kelompok saya itu dapat terorganisai satu sama lain. Yakni tentunya saya akan menciptakan bagaimana agar masing masing anggota kelompok memiliki perannya masing masing sehingga terdapat suatu struktur. Misalnya salah seorang ada yang menjadi ketua .
Selain itu juga saya akan membuat semacam konseling kelompok dalam kelompok saya yang mana didalam konseling ini setiap anggota kelompok kelaknya nanti mau secara terbuka mengungkapkan pikiran dan perasaan mendalam yang mereka alami , saling percaya, saling perhatian , mau terbuka terhadap perasaan apa yang sedang mereka alami , tidak malu malu untuk berbicara secara jujur . Yang mana semua ini dapat diciptakan dan dibina dalam kelompok dengan cara mau mengemukakan kesulitan dan keprihatinan pribadi kepada sesame anggota kelompok dan kepada konselor. Juga diharapkan dengan adanya konseling kelompok yang dibuat diharakan nantinya etiap anggota kelompok dapat mengatasi permasalahan yang merka alami dan memiliki perubahan dalam prilaku yang tadinya tidak mau berpartisipasi menjadi aktif dan yang tadinya tidak mau peduli menjadi peduli satu sama lain. Juga nantinya konseling kelompok ini dapat bermanfaat bagi masing masing anggota kelompok karena melalui interaksi dengan semua anggota kelompok mereka memenuhi beberapa kebutuhan psikologis mereka seperti kebutuhan menyesuaikan diri dengan teman mereka dan diterima oleh teman mereka, kebutuhan untuk bertukarpikiran dan berbagai perasaan dll.
1.Apa yang dapat anda jelaskan sehubungan dengan group cohesion. Adakah yang dapat anda jelaskan berkaitan dengan proses pelaksanaan hingga pelaporan tugas observasi kelompok anda termasuk saat kondisi bimbingan kelompok di kelas?
BalasHapusKohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Leon Festinger mendefinisikan kohesi kelompok sebagai kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal. Nah Keterpaduan dan kebersamaan sebagai satuan kelompok yang saling terikat ( cohesion ) itu sendiri adalah merupakan komponen dasar yang ketiga dan merupakan hasil dari semua unsur yang mendorong seluruh anggota untuk tinggal didalam kelompok dan tetap melibatkan diri dalam kegiatan kelompok untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan bersama. Keterikatan satu sama lain itu bersifat seperti bahan perekat atau lem, yang merekatkan anggota satu sama lain. Unsur unsur keterikatan itu adalah suasana bekerja sama yang kooperatif ; rasa puas akan keanggotaan dalam kelompok; rasa tertarik satu sama lain; kadar penerimaan, kepercayaan , dan dukungan yang diberikan dan diterima satu sama lain; dan aneka norma yang berlaku dalam kelompok. Berbagai indikasi yang menandakan taraf keterikatan yang baik adalah antara lain ; kehadiran seluruh anggota bila berkumpul; datang tepat pada waktunya dan tidak meninggalkan tempat pertemuan lebih dahulu; ungkapan ungkapan saling percaya dan saling memberikan dukungan ; saling menerima cirri / sifat khas kepribadian masing masing anggota ; suasana kegembiraan selama pertemuan kelompok dan tidak muncul klik klik yang mengejar kepentingan sendiri lepas dari kepentingan kelompok. Untuk meningkatkan dan membina keterikatan dalam kelompok perlu memperhatikan unsur unsur yang disebutkan diatas yaitu 1. Mengusahakan kerelaan untuk bekerja secara koperatif 2. Mengembangkan kerelaan untuk saling memberikan kepercayaan karena ini mendukung usaha kooperatif dan komunikasi yang terbuka 3. Melibatkan anggota anggota lain dalam kegiatan kelompok dan menginginkan supaya dirinya sendiri juga dilibatkan oleh yang lain 4. Membagikan peranan mengontrol kelompok secara merata sehingga semua mendapat kesempatan untuk mempengaruhi proses kegiatan kegiatan kelompok secara positif, paling sedikit peranan dominan adalah salah seorang anggota dalam hal ini diterima sepenuhnya tanpa ada yang merasa seperti orang yang dikendalikan saja. Aneka norma yang berlaku dalam kelompok menunjuk pada keyakinan, harapan dan pandangan dasar yang dimiliki oleh seluruh anggota kelompok mengenai tata perilaku yang dianggap pantas dan sesuai. Dengan kata lain, bagaimana seharusnya sikap dan cara membawa diri dalam kelompok. Setiap kelompok berpegang pada suatu perangkat norma yang ditetapkan secara formal atau informal dan semua anggota dituntut untuk mengatur sikap, tindakan serta perkataannya sesuai dengan norma dasar yang diterima bersama. Norma dasar itu memberikan stabilitas pada kelompok dan dapat mencegah seorang anggota tertentu menjadi terlalu dominan serta anggota anggota lain menjadi kurang berperanan. Keterpaduan dan kebersamaan dalam kelompok ( group cohesion ) menumbuhkan suasana saling pengertian dan penerimaan serta memungkinkan perbedaan pendapat dan pandangan dapat diungkapkan secara bebas dan terbuka tanpa menimbulkan permusuhan
BalasHapusBegitu juga halnya dalam proses pelaksanaan hingga pada pelaporan tugas observasi kelompok yang kelompok kami lakukan. Dimana dalam proses pelaksanaan tugas observasi hingga pada pelaporan tugas observasi sangatlah penting adanya suatu kekohesivan atau keterpaduan terdapat dalam suatu kelompok . Dimana dengan adanya kekohesivan dalam kelompok dapat mendorong kami semua dalam kelompok untuk tetap melibatkan diri dalam tugas pelaksanaan observasi untuk mencapai sasaran yang diinginkan oleh kelompok kami yakni mendapatkan hasil nilai yang memuaskan dan pengetahuan tambahan dari hasil observasi lapangan . Dimana dalam mendukung keterikatan yang terdapat dalam kelompok kami tersebut ada unsur unsur yang terkait yang mana unsure tersebut terdapat dalam kelompok kami yakni ada rasa saling percaya satu sama lain dalam kelompok terutama dalam hal pertanggung jawaban tugas yang diberi , adanya rasa kepuasan akan keanggotaan dalam kelompok, bisa saling menerima kekurangan satu sama lain sehinggga bisa saling membantu ketika ada kesulitan yang didapat dalam pengerjaan tugas yang diberi sebelumnya yang berkaitan dengan tugas observasi lapangan serta yang paling utama adanya norma yang terdapat dalam kelompok kami terutama dalam hal pengerjaan tugas dan pertanggungjawaban tugas yang diberi sehubungan dengan tugas observasi lapangan tersebut. Selain itu ada sanksi yang diberi ketika kami sesama anggota kelompok melanggar aturan yang terlah diberi atau terlambat dalam pengumpulan tugas yang diberi.Selain itu juga didalam pelaksanaan tugas hingga pada akhir pengumpulan tugas observasi dimana kami setiap anggota kelompok hadir disaat ada diskusi yng dilakukan sehubungan dengan tugas observasi lapangan, bersama sama berdiskusi ketika ada kesulitan yang didapat sehubungan dengan tugas observasi tersebut, adanya rasa saling percaya satu sama lain dalam kelompok terutama dalam saat saat pengerjaan tugas, memberikan dukungan kalau anggota yang satu mendapat kesulitan dalam pengerjaan, serta bisa menerima kekurangan dan saling membantu satu sama lain. Selain itu juga didalam kelompok jugaa da peran yang jelas diantara anggota kelompok didalam pengerjaan tugas observasi mulai dari awal pelaksanaan hingga pada akhir pengumpulan tugas tersebut. Masing masing anggota kelompok memiliki tugas masing masing yang dapat dipertanggunggjawabkan. Yang mana tugas nya dalam menyusun pertanyaan untuk dipertanyakan disaat wawancara tugas observasi, siapa yang bertugas mencatat, siapa yang bertugas merekam pembicaraan atau video, termasuk juga dalam pengerjaan laporan juga ada pembagian peran dan tugas yang jelas. Siapa yang mengerjakan bab 1, bab 2, bab 3, bab 4, serta bab 5. Jadi jelas semuanya. Dimana tugas yang telah diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Dan ketika ada kesulitan dalam mengerjakan tugas tersebut tentunya anggota kelompok yang lainnya tentunya akan membantu. Sehingga kelompok tersebut terlhat kohesiv. Ada keterikatan yang terdapat diantara sesame anggota dalam kelompok.
BalasHapusBegitu juga dalam hal diskusi kelompok yang dilakukan di kelas. Dimana masing masing juga ada pembagian peran yang jelas ada yang membimbing dan ada yang dibimbing, juga adanya kepercayaan yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami anak didik yang dapat terlihat saat diskusi kelompok berlangsung. Kami diberi kepercayaan kalau kami masing masing kelompok diberi kepercayaan kalau kami bisa menggerjakan tugas tersebut dengan sebaik mungkin. Selain itu juga ada kesepakatan norma yang telah dibuat sebelumnya dimana norma tersebut telah disepakati sebelumnya dan setelah disepakati kami masing masing kelompok tidak boleh melanggar aturan yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya. Sehingga kami masing masing kelompok tidak bermain main dalam melaksanakan tugas yang diberi atau dengan kata lain kami menjadi bisa bertanggung jawab atau tugas yang diberi. Selain itu juga kami juga mendapat dukungan dari dosen pembimbing dalam hal pengerjaan tugas yang diberikan. Dimana sebelum terjun ke lapangan kami diberikan arahan arahan dari dosen pembimbing. Sehingga terdapat lah kekohesivan didalam situasi diskusi tersebut.
BalasHapusSumber
Rakhmat, Jalaluddin, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Psikologi Sosial ( Drs. H. Abu Ahmadi )
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:Media Abadi
2. Lalu sekarang uraikan dengan detail ; saat diskusi dosen dengan kelompok anda, teori konseling manakah yang dapat digunakan untuk menjelaskan prosesnya? Berikan alasannya juga.
BalasHapusTeori yang digunakan dalam saat diskusi dosen dengan kelompok kami adalah teori konseling Behavioristik.
BalasHapusKonseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak.
Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf&Juntika,2005:9).
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena keduanya merupakan sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan bahwa konseling merupakan bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara Pribadi.
Juntika (2003:15) mengutip pengertian konseling dari ASCA (American School Conselor Assosiation ) sebagai berikut : Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya dalam mengatasi maslahmasalahnya.
Sedangkan pengertian behavioral/ behaviorisme adalah satu pandangan teoritis yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas (JP.Chaplin, 2002:54).
Aliran Behaviorisme ini berkembang pada mulanya di Rusia kemuadian diikuti perkembangannya di Amerika oleh JB. Watson (1878-1958).
Dari pengertian koneling dan behaviorisme yang dipaparkan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling behavioral adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal pemecahan masalah-masalh yang dihadapi serta dalam penentuan arah kehidupan yang ingin
dicapai oleh diri klien.
Menurut Krumboltz& Thoresen (Surya, 1988:187) konseling behavioral adalah suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu.
B. Sejarah Konseling Behavioral
BalasHapusKonseling berkembang pertama kali di Amerika yang dipelopori oleh Jesse B.
Davis tahun 1898 yang bekerja sebagai konselor sekolah di Detroit (Surya,1988:39).
Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan konseling, salah satunya adalah perkembangan yang terjadi pada kajian psikologis, Surya (1988:42) mengungkapkan bahwa kekuatan-kekuatan tertentu dalam lapangan psikologis telah mempengaruhi perkembangan konseling baik dalam konsep maupun teknik.
Aliran-aliran yang muncul dalam lapangan psikologi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan konseling, diantara aliran-aliran psikologi yang cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling adalah sebagai berikut ; aliran strukturalisme (Wundt), Fungsionalisme (James), dan Behaviorisme (Watson).
Perkembangan koseling behavioral bertolak dari perkembanngan aliran behavioristik dalam perkembangan psikologi yang menolak pendapat aliran strukturalisme yang berpendapat bahwa mental, pikiran dan perasaan hendaknya ditemukan terlebih dahulu bila perilaku manusia ingin difahami, maka munculah teori introspeksi.
Aliran Behaviorisme menolak metode introspeksi dari aliran strukturalisme dengan sebuah keyakinan bahwa menurut para behaviorist metode introspeksi tidak dapat menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist adalah sesuatu yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata (Walgito,2002:53). Bagi aliran Behaviorisme yang menjadi focus perhatian adalah perilaku yang tampak, karena persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan
mentalitas.
Pada awalnya behaviorisme lahir di Rusia dengan tokohnya Ivan Pavlov, namun pada saat yang hamper bersamaan di Amerika behaviorisme muncul dengan salah satu tokoh utamanya John B. Watson. Di bawah ini akan saya kupas beberapa tokoh behaviorisme :
a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
BalasHapusIvan Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan teori pengkondisian klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya yang menggunakan anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini menyatakan bahwa rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta dipasangkan dengan unsure penguat, akan menyebabkan suatu reaksi (JP. Chaplin, 2002:103).
Menurut Pavlov (Walgito,2002:53) aktivitas organisme dapat dibedakan atas :
1. Aktivitas yang bersifat reflektif ; yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari
oleh organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa
disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
2. Aktivitas yang disadari ; yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima oleh organisme itu sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu respons. Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas kesadaran yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan stimulus-respons yang tidak disadari (respons reflektif).
Psikologi yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan psikologi reflek (psychoreflexiologi), karena Pavlov lebih memfokuskan perhatiannya pada aktivitas yang bersifat reflek.
b. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee Thorndike (psikolog amerika) lahir di Williamsburg pada tahun 1874 (JP.Chaplin 2002:509. Walgito,2002:55). Karya-karyanya yang paling dikenal adalah penelitian mengenai animal psychology serta teori belajar Trial and error learning. Thorndike (Walgito,2002:55) menitikberatkan perhatiannya pada aspek fungsional perilaku yaitu ; bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Karena pendapatnya tersebut maka Thorndike diklasifikasikan sebagai behaviorist yang fungsional, berbeda dengan Pavlov yang behaviorist asosiatif. dari hasil eksperimennya Thorndike menetapkan ada tiga macam hokum yang sering disebut dengan hukum primer dalam hal belajar, tiga hokum tersebut adalah :
1. Hukum Kesiapsediaan the law of readiness
2. Hukum Latihan The Law of exercise
3. Hukum efek The Law of effect
The law of readiness, adalah salah satu factor penting, karena dalam proses belajar yang baik organisme harus mempunyai kesiapsediaan, karena tanpa adanya kesiapsediaan dari organisme yang bersangkutan maka hasil belajarnya tidak akan baik.
Sedangkan hokum latihan the law of exercise Thorndike mengemukakan dua aspek
yang terkandung di dalamnya yaitu ; 1). The law of use, 2). The law of disuse. The law of
use adalah hukuk yang menyatkan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulusrespons
akan menjadi kuat apabila sering digunakan. The law of disuse; adalh hokum
yang menyatakan bahwa koneksi antara stimulus-respons akan menjadi lemah apabila
tidak latihan.
Mengenai hukum efek Thorndike berpendapatkan bahwa memperkuat atau
memperlemah hubungan stimulus-respons, tergantung pada bagaiman hasil dari
respons yang bersangkutan (Walgito,2002:56).
c. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
BalasHapusBF.Skinner dikenal sebagai tokoh dalam bidang pengkondisian operan (operant
condisioning). Untuk memahami konsep ini, kita harus memahami dengan apa yang
dimaksud perilaku operan dan perilaku respons (Atkinson et.al,1996:304,
Walgito,2002:57).
Perilaku respons; perilaku respons adalah perilaku alami, perilaku ini merupakan
respons langsung atas stimulus, perilaku ini bersifat reflektif. Perilaku ini sama halnya
dengan istilah aktivitas reflektif dalam kondisioning klasik dari Pavlov.
Perilaku operan; perilaku ini lebih bersifat spontan, perilaku yang muncul bukan
ditimbulkan oleh stimulus, melainkan ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
Terdapat dua prinsip umum dalam teori pengkondisian operan yang dipaparkan
olegh Skinner, dua prinsip tersebut adalah ; 1). Setiap respons yang disertai dengan
Reward (sebagai reinforcement stimuli) akan cenderung diulangi, dan 2). Reward atau
reinforcement stimuli akan meningkatkan kecepatan atau rate terjadinya respons
(Walgito,2002:57).
JP.Chaplin (2002:466) memaparkan bahwa hokum dasar pengkondisian operan
adalah; apabila ada satu operan yang diikuti dengan satu penguatan perangsang, maka
kecepatan mereaksi akan bertambah pula. Percepatan mereaksi tadi secara khas
diukur selama satu pelaksanaan sampai terjadinya pengakhiran. Penguatan perangsang reinforcement stimuli dapat bersifat positif atau negative.
d. John Broadus Watson (1878-1958)
Watson (JP.Chaplin, 2002:536 ) mendefinisikan psikologi sebagi ilmu
pengetahuan tentang tingkah laku. Sasaran behaviorisme adalah mampu meramalkan
reaksi dari satu pengenalan mengenai kondisi perangsang,dan sebaliknya, juga
mengenali reaksi, agar bisa meramalkan kondisi perangsang yang mendahuluinya. Inti
dari behaviorisme adalah memprediksi dan mengontrol perilaku.
Karyanya diawali dengan artikelnya psychology as the behaviorist views it pada tahun
1913. Di dalam artikelnya tersebut Watson mengemukakan pandangan
behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme dan fungsionalisme
tentang kesadaran. Menurut Watson (behaviorist view) yang dipelajari adalah perilaku
yang dapat diamati, bukan kesadaran, kaena kesadaran adalah sesuatu yang dubios.
Metode-metode obyektif Watson lebih banyak menyukai studi mengenai
binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia lakukan dalam pengkondisian
rasa takut pada anak-anak.
Jadi sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas tentang konsep dasar konseling adalah membantu, sedangkan konsep dasar dari behaviorisme adalah prediksi&control atas perilaku manusia yang tampak. DImana bahwa dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu untuk mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
BalasHapusYang mana dalam diskusi kelompok antara dosen dan siswa adalah yang mana ditekankan tentang bagaimana dosen selaku pengajar bisa mengubah perilaku anggota kelompok kami dengan memodifikasi gejala atau akibat dari suatu tindakan yang kami lakukan .Dimana penekananannya adalah pada penghilangan perilaku dari anggota kelompok kamu yang tidak
sesuai menjadi perilaku positif. Mengubah prilaku anggota kelompok dari yang tadi tidak mau tahu menjadi peduli, atau diam saja menjadi aktif dan yang tidak mau berpartisipasi menjadi dapat mau berpartisipasi aktif. Yang mana dalam hal diskusi kelompok yang menjadi perhatian utama konselor behavioral adalah perilaku anggota kelompok kami yang tampak. Yang mana dalam proses konseling behavioral ini terjadi sebuah proses membantu dimana dosen membantu anggota kelompok untuk belajar bagaimana memecahkan masalah interpersonal,
emosional, dan keputusan tertentu yang dialami oleh masing maing anggota kelompok. Yang mana peran dosen adalah :
a. Menyebutkan tingkah laku maladaptip
b. Memilih tujuan-tujuan yang masuk akal
c. Mengarahkan dan membimbing anggota kelompok untuk merubah tingkah laku yang tak sesuai
Jadi diperoleh suatu perubahan dalam perilaku dari masing masing anggota kelompok.
BalasHapustrima kasihh
3. Sekarang, anggaplah diri anda seorang konselor pendidikan tinggi. Lepaskan atribut anda sebagai anggota kelompok. Apakah yang anda lakukan pada kelompok anda? (gunakan minimal 2 pembahasan teori).
BalasHapusJika saya menjadi seorang konselor pendidikan tinggi maka yang akan saya lakukan terhadap kelompok saya adalah :
BalasHapusSaya akan membuat atau menyusun seperangkat metode atau pun teknik yang berguna untuk mendampingi kelompok saya tersebut dalam meningkatkan cara dan mutu berinteraksi yang sedemikian rupa yang mana semua ini kelaknya nanti dapat menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh kelompok dan pengembangan kepribadian masing masing anggota yang tergabung dalam suatu kelompok.
Selain itu juga saya juga akan bekerja sama dengan kelompok saya yakni dengan cara merancang dan mengelola serangkaian kegiatan yanag dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk berinteraksi satu sama lain dalam lingkup suatu kelompok. Yang mana tujuannnya adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna untuk mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi para anggota.
Selain itu juga saya akan memanfaatkan group process yang ada dalam kelompok yakni interaksi dan komunikasi yang berlangsung antara anggota peserta kelompok yang bekerja sama untuk memenuhi suatu kebutuhan yang dihayati bersama, untuk memecahkan suatu problem yang dihadapi bersama melalui penukaran pikiran dalam diskusi atau untuk merencanakan suatu aksi yang akan dilakukan bersama.
Selain itu juga saya akan berusaha membuat bagaimana kelompok saya tersebut menjadi suatu grup yang dynamic. Yakni membuat bagaimana agar setiap anggota dalam kelompok mau bekerja sama satu sama lain, adanya peran disetiap anggota kelompok, kemudian pemberian umpan balik dan lain llain. Dimana defenisi dari group dynamic adalah studi tentang kekuatan kekuatan sosial dalam suatu kelompok ,segala metode ,sarana dan teknik yang dapat diterapkan bila sejumlah orang bekerja sama dalam kelompok.
Kemudian juga saya akan menganalisa kelompok saya tersebut yakni dengan melihat kepada dimensi isi dan proses yang terdapat didalamnya. Dimana dimensi isi menunjuk pada apa yang menjadi focus perhatian kelompok berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan kata lain apa yang ingin dikerjakan, apa yang ingin didiskusikan dan apa yang dibahas. Misalnya membuat semacam diskusi di dalam kelompok yang masing masing anggota dapat mendiskusikan bersama bagaimana hubungan mereka dengan dosennya, dengan tujuan meningkatkan kadar hubungan tersebut. Kemudian setiap anggota dapat membahas bersama berbagai kesulitan belajar yang biasanya merka alami , dengan tujuan dapat berhasil mengatasi kesulitan ini. Kemudian dimensi proses adalah menunjuk pada bagaimna caranya isi ditangani dengan cara yang bagaimana kelompok bekerja, dengan cara yang bagaimana kelompok mengatur lalu lintas diskusi ; dengan cara yang bagaimana kelompok menganalisa problem yang dihadapi dan mencari pemecahan bersama; dengan cara yang bagaimana kelompok menjaga dan membina kebersamaan dalam kelompok sehingga semua anggota kelompok merasa terlibat dan sebagainya.
BalasHapusSaya juga akan membuat suatu kelompok diskusi. Yang mana kelompok diskusi ini bertujuan untuk membahas bersama suatu masalah yang dihadapi. Kemudian juga saya akan berusaha bagaimana caranya agar kelompok saya tersebut menjadi terpadu ( cohesion). Saya akan membuat bagaimana agar setiap anggota dalam kelompok saling terikat satu sama lain, saling terlibat satu sama lain dan mau berpartisipasi dalam kegiatan kelompok guna untuk mencapai tujuan bersama. Yang mana nantinya keterpaduan yang telah terbina nanti ( group cohesion ) dapat menumbuhkan suasana saling pengertian dan penerimaan serta memungkinkan perbedaan pendapat dan pandangan dapat diungkapkan secara bebas dan terbuka, tanpa menimbulkan permusuhan antara masing masing anggota kelompok.
Saya juga akan berusaha membuat bagaimana kelompok saya itu dapat terorganisai satu sama lain. Yakni tentunya saya akan menciptakan bagaimana agar masing masing anggota kelompok memiliki perannya masing masing sehingga terdapat suatu struktur. Misalnya salah seorang ada yang menjadi ketua .
Selain itu juga saya akan membuat semacam konseling kelompok dalam kelompok saya yang mana didalam konseling ini setiap anggota kelompok kelaknya nanti mau secara terbuka mengungkapkan pikiran dan perasaan mendalam yang mereka alami , saling percaya, saling perhatian , mau terbuka terhadap perasaan apa yang sedang mereka alami , tidak malu malu untuk berbicara secara jujur . Yang mana semua ini dapat diciptakan dan dibina dalam kelompok dengan cara mau mengemukakan kesulitan dan keprihatinan pribadi kepada sesame anggota kelompok dan kepada konselor. Juga diharapkan dengan adanya konseling kelompok yang dibuat diharakan nantinya etiap anggota kelompok dapat mengatasi permasalahan yang merka alami dan memiliki perubahan dalam prilaku yang tadinya tidak mau berpartisipasi menjadi aktif dan yang tadinya tidak mau peduli menjadi peduli satu sama lain. Juga nantinya konseling kelompok ini dapat bermanfaat bagi masing masing anggota kelompok karena melalui interaksi dengan semua anggota kelompok mereka memenuhi beberapa kebutuhan psikologis mereka seperti kebutuhan menyesuaikan diri dengan teman mereka dan diterima oleh teman mereka, kebutuhan untuk bertukarpikiran dan berbagai perasaan dll.
BalasHapusnilai 75
BalasHapus